dr. Asep Hidayat saat berkunjung ke Rumah Produksi Batik Agnesa di Ciroyom, Kec. Cipedes |
Selama ini jika menyebut daerah
penghasil kerajinan batik tradisional nusantara masih seputar daerah Pekalongan,
Solo, Jogjakarta dan Cirebon atau Samarinda. Namun tahukah anda, ternyata Tasikmalaya
memiliki sejarah panjang dengan kerajinan batik di tanah air. Menurut cerita,
batik Tasikmalaya, ada sejak lama sebelum Belanda datang.
Berawal dari Batik Sukapura yang melegenda sejak Zaman Kerjaan Tarumanegara (400-600 M), batik Sukapura berkibar dengan kekhasannya. Seiring perjalanan waktu, meskipun Batik Sukapura di Kabupaten Tasikmalaya masih eksis hingga kini, pamornya kalah dengan Batik Tasik Ciroyom di Kota Tasikmalaya. Kota dan Kabupaten Tasikmalaya menjadi daerah otonom sejak tahun 2001.
Klaim tersebut bukanlah omong kosong. Tempat dan lokasi terkait kejayaan batik Tasikmalaya dulu masih dapat ditelusuri hingga kini. Koperasi Mitra Batik misalnya kini diabadikan pada sebuah Jalan Mitra Batik yang membentang antara Jalan Galunggung dan Jalan RE Martadinata, sepanjang 1 kilo meter.
Koperasi Mitra Batik tersebut pada tahun 60-an merupakan mitra usaha para juragan batik untuk mendapat pendanaan maupun bahan baku batik. Di sepanjang jalan itu kini berdiri ratusan toko meubel dan elektronik.
Sisa-sisa kejayaan batik tempo dulu
yang tersisa, sebuah bangunan tua di ujung Jalan Mitra Batik, tepatnya di Perempatan
Jl. RE Martadinata. Gedung ini sebuah kantor adminsitrasi Koperasi Mitra Batik yang
kini dialihfungsi menjadi Yogya Dept Stor.
Seiring diakuinya batik nusantara sebagai warisan dunia khas Indonesia oleh UNESCO tahun 2009, popularitas Batik Tasikmalaya turut terdongkrak. Para perajin mendapat angin segar hingga mendapat support dari pemerintah setempat.
Tak jauh dari eks Gedung Koperasi
Mitra Batik, terdapat gapura Sentra Batik, untuk memberi tanda kepada pengunjung,
bahwa sentra batik sudah dekat dari arah itu. Meski di tengah kota, jalan ini
merupakan perlintasan dari Bandung via Tasikmalaya menuju Jawa Tengah. Dari dalam
bis gapura yang terletak di sebelah kiri -jika menuju arah Jawa Tengah- akan terlihat
jelas.
Dari gapura, sentra batik sekitar 1 KM atau sekitar 15 menit jika menggunakan kendaraan sendiri. Hal yang sama jika menggunakan angkot. Hanya saja harus menunggu, angkutan tidak terlalu banyak. Tarif Rp3000/orang. Sentra batik tepatnya di Kampung Ciroyom, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya.
Setiap saat, setiap hari kesibukan menyertai para perajin. Pembuatan dikerjakan secara tradisional, dengan teknik cap, teknik lukis maupun kombinasi cap dan lukis. Di akhir pekan atau libur panjang, bis-bis pariwisata selalu terlihat mengantarkan wisatawan lokal dan regional, bahkan wisatawan mancanegara yang berburu batik khas kota santri ini.
Pengunjung bukan saja bisa membeli
produk, melaikan dapat langsung melihat proses pengerjaan. Mulai proses cap kain,
melukis dan celup hingga menjadi kain batik utuh, dikerjakan dalam satu ruangan.
Aroma batik akan terasa khas. Sesekali terdengar seloroh ibu-ibu perajin yang
mengelilingi wadah pewarna yang mengepul di atas kompor kecil.
Memang sejak dulu, lukisan batik
banyak dikerjakan kaum ibu. Sambil menuggu suami mereka bekerja, membatik salah
satu pilihan sambil ngobrol dengan tetangga. Tak heran, motof-motif batik terinpirasi
dari kehidupan mereka sehari-hari.
Batik Tasik identik dengan motif anggrek, awi ngarambat atau tumbuhan kecil. Itu karena tanaman tersebut sangat mudah ditemukan di luar rumah mereka, tumbuh di lingkungan alam Priangan rindang. Hal yang sama bila kita melihat motif batik Cirebonan. Dominasi mega mendung dan corak laut akan sangat kuat. Hal itu terinspirasi para ibu-ibu yang ditinggal kerja oleh suami mereka sebagai nelayan.
Di samping itu, pengunjung bisa langsung mencoba membatik. Bagaimana rasanya melukis pada kain, dibimbing para perajin senior atau bahkan ownernya langsung. Untuk kerahaman tamahan jangan tanya lagi. Warga Kota Tasikmalaya sangat ramah, seperti umumnya warga Tatar Priangan yang lemah lembut.
Salah seorang pengusaha Batik, Hj. Enok dengan Brand batik Agnesa menyebutkan, setelah diakui batik sebagai warisan dunia, usahanya mengalami kemajuan cukup berarti. Apalagi dia bergerak dalam bidang batik fashion. Banyak pembeli bukan saja untuk penggunaan pribadi, melainkan penggunaan seragam kantor, pesta pernikahan, instansi pemerintah bahkan seragam oragnisasi kemasyarakatan. Pesanan pun datang dari mana-mana, baik langsung maupun pesanann melalui online.
Menurutnya, salah satu kelebihan batik Tasik memiliki corak cerah dengan tema-tema bunga. Belajar dari pengalamn selama ini, motif tersebut sangat diminati konsumen sehingga ia terus berinovasi dan memenuhi selera konsumen itu.
Dengan kelebihan dan terus inovasi, ia mengaku cukup percaya diri, meskipun era Masyarakan Ekonomi Asean (MEA) yang kini sudah berjalan. Alasan dia, nilai tertinggi dari produk batik nusantara terdapat pada sebuah karya seni yang tidak bisa ditandingi dengan produk mesin-mesin modern.
Untuk harga batik Tasik relatif
terjangkau. Ukuran kain satu baju teknik cap mulai Rp60000 dan Rp80.000 untuk
kombinasi cap dan tulis serta harga Rp400 ribu – Rp2 juta untuk batik tulis
asli. (sumber artikel: detiktravel)
Komentar
Posting Komentar